Rabu, 16 Januari 2013

SEJARAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN


Jam  menunjukkan pukul 11 siang ketika Kami sampai di Lubang Jepang kawasan Bukit Lampu Kota Padang. Sejauh mata memandang, hamparan laut biru disertai dengan kapal-kapal yang terparkir di tengah laut. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Tiba di Lubang Jepang, hanya tersisa bunker tua dan meriam tua yang kondisinya cukup memprihatinkan. Banyak coretan-coretan di dinding bunker yang membuat nilai sejarahnya menjadi berkurang. Serta baut-baut penyangga meriam yang sudah tidak ada lagi. Hanya onggokan kayu yang menjadi penyangga meriam agar tidak rubuh. Menurut sejarah, sesampainya di Padang balatentara Jepang membangun banyak sekali tempat persembunyian di bawah tanah (bunker) di sekitar Kuranji, Padang Besi, Indarung, dan Gunung Padang. Yang terbesar di Bukittinggi. Jepang membuat tempat persembunyian di bawah tanah yang biasa disebut “Lobang Jepang” di sekitar Ngarai Sianok, Bukittinggi. Banyak sekali penduduk lokal yang tewas menggenaskan waktu kerja paksa membuat lobang dan terowongan ini.

Bunker  Jepang di kawasan Bukit Lampu
 
Tidak jauh dari bunker, terdapat Mercusuar dan Lubang Jepang. Zulkarnain (41) salah satu petugas Navigasi Mercusuar menjelaskan bahwa mercusuar ini telah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang digunakan untuk memantau sistem navigasi kapal. Setelah Belanda pergi dari Kota Padang, mereka meninggalkan Mercusuar ini berserta satu rumah. Kemudian masuklah penjajah baru dari negara Jepang dan mengambil alih kawasan ini. Pada masa penjajahan Jepang tepatnya saat Perang Dunia II. Mercusuar ini selain untuk mengawasi kawasan perairan Teluk Bayur juga digunakan untuk sistem pertahanan dengan membangun benteng dan lubang-lubang pertahan bagi tentara Jepang. Mecusuar ini sempat hancur akibat di bom saat perang dengan tentara Inggris. Padalah menurut peraturan internasional kawasan navigasi seperti ini sama halnya dengan kawasan dengan tim medis yang berada pada daerah putih atau damai. Namun dari kelicikan penjajahan Jepang itu, mereka menembak kapal-kapal yang diduga musuh saat memasuki teluk Bayur sehingga wajar saja jika dihancurkan oleh tentara Inggris. Saat ini puing-puingnya masih terlihat di depan Mercusuar baru. Belanda atau Jepang memang sudah merencanakan untuk menguasai Kota Padang sehingga wajar saja banyak peninggalan zaman penjajahan. Pada massa pemerintahan Presiden Soeharto, mercusuar ini dipugar kembali dari Proyek Pelita Nasional tahun 1974/1975 yang dilaksanakan oleh CV. Ubani Padang dan diresmikan oleh Dirjen Perla pada tahun 1975.  
 
 
Beberapa kilometer dari Bukit Lampu, terdapat Benteng Pilboks yang terletak dikawasan Gunung Padang. Gunung Padang berlokasi di dekat muara, Pantai Padang. Orang-orang sekitar mengenal pula Gunung Padang sebagai “Bukit Siti Nurbaya”. Benteng Pilboks dibangun Jepang pada kurun 1942-1945 sebagai benteng pertahanan Jepang ketika menaklukan kota Padang. Benteng ini berbentuk macam-macam, ada yang persegi empat, poligon, dan berbentuk huruf L. Ada 9 buah Pilboks yang tersebar di pinggang hingga puncak Gunung Padang. Namun Pilboks 2 sudah tidak ada lagi karena telah diratakan dengan tanah untuk jalan penduduk. Pilboks 3 bentuk dasar poligon dengan luas 50 m2. Di dasar benteng ini terdapat satu buah meriam besar yang moncongnya keluar dari lobang bidik di sisi Timur benteng. Bidikan meriam dirahkan tepat ke arah laut pantai Purus, Padang.
 
Bunker Jepang dan meriam di kaki Gunung Padang




Bunker yang masih utuh di kaki Gunung Padang

Jika bunker tersebut diperbaiki dan dijaga, maka tidak menutup kemungkinan akan banyak masyarakat yang datang ke sana. Jangan sampai, bangunan yang menjadi saksi bisu pendudukan Belanda dan Jepang, menjadi  sia-sia dan hancur di makan usia. Kota Padang yang telah berusia ratusan tahun tidak bisa dipisahkan dari sejarah kotanya sendiri. 

Referensi:
  1. http://wawasanproklamator.com/artikel/47/melihat-mercusuar-berlubang-jepang-di-padang.html
  2. http://thearoengbinangproject.com/2011/11/bunker-jepang-gunung-padang/
  3. http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/08/benteng-pilboks-saksi-bisu-kegesitan-jepang-515019.html
 
   

5 komentar:

  1. Baru tau kalo di bukit lampu ada peninggalan sejarah zaman Jepang. Selama ini yang saya ketahui tentang bukit lampu adalah memiliki stigma tersendiri di mata masyarakat.Lain kali jika berkunjung ke Padang,saya ingin singgah di tempat ini. Terima kAsih Atas infonya Bang... :)

    BalasHapus
  2. assalamualaikum pak. pernah juga tidak mendengar peninggalan lubang jepang yang ada di gunung pangilun, indarung dan padang besi ?

    BalasHapus